Friday, June 30, 2017

Faces & Places


There is nothing such a good present for a bookdragon but books itself. Siapa sih pembaca yang tidak merasa senang jika diberi hadiah sebuah buku. Terlebih buku tersebut merupakan kado ulang tahun. Judulnya yang selama ini sudah masuk ke dalam daftar baca namun belum juga terwujud untuk punya salinannya. 

Seorang teman semasa SMA dulu tidak diduga memberikan hadiah berupa buku untuk ulang tahun ke-24 kemarin. Yang lebih tidak disangka adalah judul yang diberikan adalah yang selama ini sudah menjadi incaran namun belum juga mendapat prioritas untuk dibeli dan dibaca.



Penulis: Desi Anwar
Jumlah halaman: 402 halaman
Tahun terbit: 2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Format: paperback
Rating Shiori-ko: 3/5
Sinopsis:

A globe-trotting journalist and a lifetime traveler, Desi Anwar has visited many places all over the world, met and interviewed international gures and notable individuals during her years as Indonesia’s top TV anchor and talk show host.

In Faces & Places, Desi has compiled some of her travel writings she produced in the last few years and initially published in her weekly column in the English language daily newspaper, The Jakarta Globe.

The articles consist of personal impressions, musings and verbal sketches captured as Desi tried to make sense of and connect with her new surroundings, whether the snowy chill of the Arctic Circle, the marvel of Turkey, the romance of a Parisian street or the charm of the beaches in Belitung.

They also reflect on the individuals she met. People such as His Holiness The Dalai Lama, the richest entrepreneur in the world Bill Gates, a Gibbon loving environmentalist, politicians and heads of states and many others. Some of the interviews and travels featured in this book could also be watched on her show, Face 2 Face with Desi Anwar, available on YouTube.

***

Siapa yang tidak kenal dengan Desi Anwar? Kehadirannya di televisi tidak pernah berubah. Dengan rambut pedeknya itu, Desi Anwar menjadi salah satu jurnalis yang kini menjadi legenda.

Menjadi jurnalis dengan beragam pengalaman pasti memiliki keuntungan tersendiri. Terlepas dari bagaimana mereka mengatur waktu antara bekerja dengan menikmati hidup secara penuh. Desi Anwar mengabadikan hal tersebut ke dalam  bentuk artikel yang kerap dipublikasikan pada koran Jakarta Globe. Maka, jangan heran apabila buku ini disajikan dalam bahasa Inggris. Bukan karena Desi Anwar ingin menyombongkan kemampuan berbahasa Inggrisnya yang tanpa celah tersebut.

Artikel-artikel tersebut berisi 50 kisah tentang apa yang dirasakan, apa yang dialami, yang tengah berkecamuk di dalam pikirannya ketika ia berkeliling dunia. Sempat beberapa resensi menuliskan bahwa Desi Anwar bukanlah sosok penulis perjalanan (travel writer). Yang mereka belum sadari adalah, Desi Anwar tidak menuliskan sebuah catatan perjalanan biasa. Melainkan, mendeskripsikan perasaannya ke dalam bentuk kata-kata sehingga orang lain pun mampu memahami apa yang ia rasakan ketika itu. 

Selain 50 kisah berpindah tempat, ada pula 35 kisah pengalaman Desi Anwar dalam mewawancara orang-orang penting dunia. Dari Margaret Thatcher, Nelson Mandela, Zinadine Zidane dan masih banyak lagi. Tidak lupa juga kisah Desi Anwar yang menjadi ikonik di kalangan para jurnalis keprisedenan kala masa pemerintahan Soeharto. Desi Anwar menuliskan bagaimana impresi awal dari para tokoh serta kesan yang ditingalkan setelah ia sukses mewawancarainya. 

Dalam setiap artikel tersebut, sayangnya, tidak semua memberikan "sesuatu" kepada pembaca. Terkadang ada cerita yang maknanya mendalam. Tentang apa itu realitas dan perjalanan seperti yang dikutip di bawah ini. Namun ada juga ada beberapa artikel yang terasa biasa saja. Malah sengaja dibuat skimming karena pembaca merasa belum mendapat apa-apa dari bacaan tersebut. 

Because when we traveled round the world, as the word specifies, we are not following a linear time. We do not exist in a reality as we know it. We are suspended in a time that has no hours or days until we arrive and land at our destination and we find that we have either gained or lost hours or days. 

Selain tulisan, yang menarik dari buku ini adalah ilustrasi sederhana namun penuh warna. Dengan buku setebal 400 halaman, keberadaan ilustrasi tersebut bak oase. Letaknya pun berada di halaman antara artikel. Menjelaskan tentang tempat atau orang yang tengah dibahas dalam buku tersebut. 

Faces & Places memang sebuah catatan perjalanan yang tidak seperti kebanyakan catatan perjalanan. Isinya lebih banyak mengenai perasaan selama perjalanan tersebut berlangsung. Selama pertemuan itu terjadi.

No comments:

Post a Comment